Kisah sufi ini merupkan kisah yang dialami seorang murid Syekh Junaidi Al Bagdadi bernama Syekh Muhammad al Hariri. Dia ditegur Rasulullah SAW lewat mimpi, karena telah menolak memberi makan kepada seorang pemuda.
Suatu hari seorang sufi bernama Syekh Muhammad al-Hariri sedang duduk di sebuah sudut ruangan. Tiba-tiba ada seorang pemuda masuk. Pemuda ini tampak begitu lusuh. Tidak mengenakan tutup kepala, tidak juga beralas kaki, dan rambutnya terurai. Wajahnya juga tampak pucat.
Syekh Muhammad al-Hariri adalah salah satu murid dari Syekh Junaid al-Baghdadi. Syekh al-Hariri juga menjadi pengganti gurunya tersebut. Selain sebagai seorang ahli ilmu, Syekh Muhammad al-Hariri juga seorang sufi nan alim.
Beliau memiliki kebiasan berpuasa di siang hari tetapi tidak pernah terlihat berbuka. Ketika malam tiba, terkadang beliau juga melanjutkan untuk tetap puasa. Selain itu waktu malam dihabiskan untuk sholat hingga punggungnya tidak menyentuh alas untuk beristirahat apalagi tertidur lelap.
Syekh Muhammad al-Hariri dikenal sebagai orang yang semangat dalam mencari ilmu. Beliau pernah bermukim di berbagai kota untuk menuntut ilmu, termasuk bermukim di Mekah.
Pemuda yang ditemuinya itu kemudian mengambil air wudhu dan menunaikan shalat dua rakaat. Setelah itu, ia hanya menundukkan kepala hingga memasuki waktu maghrib. Pemuda ini kemudian berjamaah dengan Syekh Muhammad al-Hariri. Selesai shalat, lagi-lagi pemuda itu hanya menundukkan kepalanya kembali.
Pada malam hari, Khalifah Baghdad mengundang para sufi dan ulama untuk ceramah agama. Sebelum pergi, Syekh Muhammad al-Hariri mengampiri pemuda tersebut dan bertanya kepadanya.
“Wahai anak muda, maukah kau ikut denganku untuk memenuhi panggilan Khalifah?”
“Aku tidak membutuhkan itu,” Jawab pemuda tersebut. “Yang aku inginkan adalah makanan darimu.”
“Jawabannya tak sesuai harapanku, ia justru menginginkan hal lain dariku,” jawab Syekh al-Hariri dalam hati.
Setelah obrolan singkat tersebut, Syekh Muhammad al-Hariri segera berlalu. Beliau tidak memperdulikan pemuda tersebut. Beliau segera pergi untuk menghadiri acara yang diadakan oleh Khalifah.
Sepulang dari acara tersebut, Syekh Muhammad al-Hariri kembali ke ruangan. Ia melihat pemuda yang sebelumnya ditemui seolah-olah sudah tidur. Oleh karena itu beliau juga langsung tidur.
Dalam tidurnya, Syekh Muhammad al-Hariri bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW bersama dua orang tua yang bercahaya wajahnya. Di belakangnya tampak rombongan orang-orang dengan kemilau cahaya yang terang.
Beliau diberi tahu bahwa yang beliau temui tersebut adalah Rasulullah SAW yang didampingi Nabi Ibrahim AS di sisi kanan dan Nabi Musa AS di sisi kiri. Sementara rombongan di belakang ketiga nabi tersebut adalah para nabi lainnya yang berjumlah 124.000.
Syekh Muhammad al-Hariri segera mendekati Rasulullah dan mencoba untuk mencium tangannya. Namun Rasulullah justru memalingkan wajahnya. Hingga tiga kali, Syekh Muhammad al-Hariri mencoba hal yang sama, tetapi lagi-lagi Rasulullah memalingkan wajahnya.
Syekh Muhammad al-Hariri bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apa yang membuat engkau berpaling wajah dariku?”
Rasulullah menjawab pertanyaan Syekh Muhammad al-Hariri, “Sungguh engkau telah berbuat kikir, ketika datang dari golongan kami meminta makanan darimu.” Ternyata sufi ini ditegur Rasul lewat mimpi.
Mendengar jawaban Rasulullah, Syekh Muhammad al-Hariri terbangun dalam keadaan hati yang diliputi rasa penyesalan serta ketakutan yang luar biasa. Tubuhnya menjadi bergetar dan menggigil. Ia memalingkan pandangan ke arah pemuda tersebut, tapi celakanya, ia sudah tidak terlihat lagi.
Syekh Muhammad al-Hariri segera melangkahkan kaki keluar. Dicari pemuda itu. Ketika melihatnya, ditanyalah pemuda tersebut.
“Hai Anak Muda, demi Allah yang telah menciptakan dirimu, mohon tunggulah sebentar. Ini makanan untukmu!” ujar Syekh Muhammad al-Hariri.
Pemuda itu tersenyum kepada Syekh Muhammad al-Hariri.
“Wahai Syekh Muhammad al-Hariri, siapakah yang menginginkan sesuap makanan darimu?” kata pemuda tersebut. “Mana bisa nabi dengan jumlah 124.000 itu memberikan pertolongan dengan sesuap makanan?”
Pemuda itu pergi dan hilang. Sementara Syekh Muhammad al-Hariri terpana sendiri dan sangat menyesali perbuatannya tersebut.//**