Salah satu pendapat Imam Asy-Syafi’i yang sering disalah pahami adalah apa yang disebutkan oleh Imam al-Baihaqi di dalam Manaqib Imam al-Syafi’i. Pembenci tasawuf, bahkan dengan sengaja mengutip dalam kitab Imam al-Baihaqi secara tidak utuh demi menyembunyikan kebenaran dan mengedepankan hawa nafsu syaithoniyah. Komentar Imam al-Syafi’i dalam kitab Imam Al Baihaqi tersebut adalah:
“Kalau seorang menganut ajaran tasawuf (tashawwuf) pada awal siang hari, tidak datang waktu zhuhur kepadanya melainkan engkau mendapatkan dia menjadi dungu".
Berikut penjelasan lengkap beserta sanadnya dalam kitab Manaqib al-Syafi’i lil-Imam Al Baihaqi:
“Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al Hafizh, berkata: Aku telah mendengar Abu Muhammad; Ja’far ibn Muhammad al Harits berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah al Husain ibn Muhammad ibn Bahr, berkata: Aku telah mendengar Yunus ibn Abd al A’la berkata: Aku telah mendengar asy-Syafi’i berkata: “Jika ada seseorang bertasawwuf di pagi hari maka sebelum datang zhuhur aku sudah mendapatinya telah menjadi orang dungu".
Dan telah memberitakan kepada kami Abu Abdurrahman as-Sullami, berkata: Aku telah mendengarJa’far ibn Muhammad al Maraghi, berkata: Aku telah mendengar al Husain ibn Bahr, berkata: (Lalu mengatakan apa yang dinyatakan oleh Imam Syafi’i di atas).
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad ibn Abdullah, berkata: Aku telah mendengar Abu Zur’ah ar-Razi, berkata: Aku telah mendengar Ahmad ibn Muhammad ibn as-Sindi, berkata: Aku telah mendengar ar-Rabi’ ibn Sulaiman, berkata: “Aku tidak pernah melihat seorang -yang benar-benar sufi kecuali Muslim al-Khawwash."
Aku (Al-Bayhaqi) katakan: “Sesungguhnya yang dimaksud -oleh Imam Syafi’i-: adalah orang yang masuk dalam kalangan sufi yang hanya mencukupkan dengan “nama” saja sementara dia tidak paham makna intinya, dia hanya mementingkan catatan tanpa mendalami hakekatnya, hanya duduk dan tidak mau berusaha, ia menyerahkan biaya hidup dirinya ke tangan orang-orang Islam, dia tidak peduli dengan orang-orang Islam tersebut, tidak pernah menyibukan diri dengan mencari ilmu dan ibadah, sebagaimana maksud ucapan Imam Syafi’i ini ia ungkapkan dalam riwayat lainnya”, yaitu riwayat yang telah dikabarkan kepada kami oleh Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah ar-Razi berkata: Aku telah mendengar Ibrahim ibn al Mawlid berkata dalam meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i: “Seseorang tidak akan menjadi sufi hingga terkumpul pada dirinya empat perkara; pemalas, tukang makan, tukang tidur, dan tukang berlebihan”.
Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam mu’amalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.
… telah mengabarkan kepada kami Abu Abdirrahman al-Sullami, berkata: aku mendengar Abdullah bin al-Husain Ibnu Musa al-Sullami, mengatakan: aku mendengar Ali bin Ahmad, mengatakan: aku mendengar Ayyub bin Sulaiman, mengatakan: aku mendengarkan Muhammad bin Muhammad bin Idris al-Syafi’i mengatakan: aku mendengarkan ayahku mengatakan: “Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat)”.
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah (ulama wahabi) mengutip ucapan Imam al-Syafi’i didalam kitabnya:
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ : ﺻﺤﺒﺖ ﺍﻟﺼﻮﻓﻴﺔ ﻓﻤﺎ ﺍﻧﺘﻔﻌﺖ ﻣﻨﻬﻢ ﺇﻻ ﺑﻜﻠﻤﺘﻴﻦ ﺳﻤﻌﺘﻬﻢ ﻳﻘﻮﻟﻮﻥ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﺳﻴﻒ ﻓﺈﻥ ﻗﻄﻌﺘﻪ ﻭﺇﻻ ﻗﻄﻌﻚ ﻭﻧﻔﺴﻚ ﺇﻥ ﻟﻢ ﺗﺸﻐﻠﻬﺎ ﺑﺎﻟﺤﻖ ﻭﺇﻻ ﺷﻐﻠﺘﻚ ﺑﺎﻟﺒﺎﻃﻞ . ﻗﻠﺖ – ﺃﻱ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ – : ﻳﺎ ﻟﻬﻤﺎ ﻣﻦ ﻛﻠﻤﺘﻴﻦ ﻣﺎ ﺃﻧﻔﻌﻬﻤﺎ ﻭﺃﺟﻤﻌﻬﻤﺎ ﻭﺃﺩﻟﻬﻤﺎ ﻋﻠﻰ ﻋﻠﻮ ﻫﻤﺔ ﻗﺎﺋﻠﻬﻤﺎ ﻭﻳﻘﻈﺘﻪ ﻭﻳﻜﻔﻲ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺛﻨﺎﺀ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻫﺬﺍ ﻗﺪﺭ ﻛﻠﻤﺎﺗﻬﻢ
“Imam Syafi’i berkata: “Aku berteman dengankaum sufi dan tidaklah aku mendapat manfaat dari mereka kecuali dua kalimat yang aku dengar dari mereka yaitu, “Waktu itu adalah pedang jika kamu mampu memutusnya, jika tidak maka waktu itu yang akan memutusmu. Dan nafsumu jika tidak disibukkan dengan kebenaran, maka akan disibukkan dgn kebathilan”.
Aku katakan (Ibnul Qoyyim): “Aduhai sangatlah manfaat dan mencangkup dua kalimat tersebut dan sangat menunjukan atas tingginya semangat dan ketajaman pikiran orang yang mengatakan dua kalimat tersebut, dan cukuplah hal ini sebagai pujian Imam Syafi’i pada mereka…” (Madarij As-Salikin juz 3 hal; 129).
Imam Syafi’i didalam kitab Diwan-nya:
ﻓﻘﻴﻬﺎً ﻭﺻﻮﻓﻴﺎً ﻓﻜﻦ ﻟﻴﺲ ﻭﺍﺣﺪﺍ ﻓﺈﻧــﻲ ﻭﺣـﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻳـﺎﻙ ﺃﻧﺼﺢ
ﻓﺬﻟﻚ ﻗﺎﺱ ﻟﻢ ﻳﺬﻕ ﻗﻠﺒﻪ ﺗﻘــﻰ ﻭﻫﺬﺍ ﺟﻬﻮﻝ ﻛﻴﻒ ﺫﻭ ﺍﻟﺠﻬﻞ ﻳﺼﻠﺢ
“Jadilah kamu seorang ahli fiqih yang bertasawwuf jangan jadi salah satunya, sungguh dengan haq Allah aku menasehatimu. # Jika kamu menjadi ahli fiqih saja, maka hatimu akan keras tak akan merasakan nikmatnya taqwa. Dan jka kamu menjadi yang kedua saja, maka sungguh dia orang teramat bodoh, maka orang bodoh tak akan menjadi baik “. (Diwan Imam Syafi’i hlm: 19).
Imam Asy-Syafi’i Memuji Ulama Sufi
Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’i memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar-Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan Asy-Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar-Razi? Tidak datang kepada kami dari arah Timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.
Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As-Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As-Shufi. Asy-Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab Asy-Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164).
Itulah sebagian kecil pandangan para ulama ahlussunnah wal jama’ah yang benar mengenai apa itu tasawuf dan sufi. Hanya dari kelompok menyimpang saja yang membenci dan menuduh sesat pengikut tasawuf/ sufi. Kelompok dari paham yang membenci tasawuf atau kaum sufi bisa dipastikan bukan bagian dari ahlussunnah wal jama’ah, karena tasawuf adalah bagian dari ahlussunnah wal jama’ah. [ab]
Source: Ichwanul