Ketika ular itu masuk ke sana, secara tidak sengaja ia merayap di atas gergaji. Tajamnya mata gergaji menyebabkan perut ular terluka. Ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.
Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali. Serangan yang bertubi-tubi menyebabkan luka parah di bagian mulutnya. Marah dan putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya.
Ia pun lalu membelit dengan kuat gergaji itu. Belitan ini menyebabkan tubuhnya terluka amat parah, akhirnya ia pun mati binasa. Di pagi hari si tukang kayu menemukan bangkai ular di sebelah gergaji kesayangannya.
Sahabat, kadangkala di saat marah, kita ingin melukai orang lain. Setelah semua berlalu, kita baru menyadari bahwa yang terluka lebih parah sebenarnya adalah diri kita sendiri.
Banyaknya perkataan yang terucap dan tindakan yang dilakukan saat amarah menguasai, sebanyak itu pula kita melukai diri kita sendiri.
Tidak ada musuh yang tidak dapat ditaklukkan oleh cinta kasih.
Tidak ada permusuhan yang tidak dapat dimaafkan oleh ketulusan.
Tidak ada kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh ketekunan.
Tidak ada batu keras yang tidak dapat di pecahkan oleh kesabaran.
Semua itu haruslah berasal dari diri kita. Dendam, benci, curiga/pikiran negatif apapun itu, sebenarnya bagaikan ular yang membelit gergaji, yang bisa terus menerus muncul dalam pikiran kita, menusuk dan membakar batin kita sendiri.
Latihlah setiap saat dan belajar untuk memaafkan, mampu dengan cepat melepaskan dan membuang sampah pengotor batin dan pikiran kita.
Demikianlah adanya...
Demikianlah kenyataannya...
Demikianlah kenyataannya...