Telkom mencapai kinerja keuangan yang cukup memuaskan sepanjang 2011, dengan meraih pendapatan Rp 71,3 triliun, atau naik 3,8% dibandingkan pendapatan 2010.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pendapatan tersebut adalah
meningkatnya pendapatan Telkomsel pada 2011 yang mencapai Rp 48,73
triliun (6,90%) sejalan dengan pertumbuhan pelanggan seluler pada 2011
yang mencapai 107 juta (naik 13,8%), dan meningkatnya pendapatan data,
internet & layanan teknologi informasi pada 2011 yang mencapai
Rp23,92 triliun (naik 20,80%).
Pertumbuhan ini dikontribusikan oleh pendapatan layanan broadband
sejalan dengan peningkatan pelanggan Speedy, Flash, dan BlackBerry dari
Telkomsel. Melihat kecenderungan layanan data yang terus meningkat,
pendapatan yang akan diperoleh dari layanan ini pada waktu mendatang
diharapkan akan memberikan kontribusi berarti terhadap pertumbuhan
pendapatan Telkom Group.
Direktur
Utama Telkom, Rinaldi Firmansyah, mengungkapkan bahwa pencapaian
tersebut menyiratkan selalu adanya pertumbuhan positif atas kinerja
Telkom di tengah-tengah persaingan yang semakin tajam. Kompetisi yang
semakin ketat tersebut justru mendorong berbagai inovasi di dalam segmen
layanan yang diberikan oleh operator telekomunikasi terbesar di negeri
ini, seperti lahirnya produk Internet Protocol Television (IPTV) dengan brand Groovia TV dan layanan pengiriman uang (remittance) dengan brand Delima.
Selain
itu, pada tahun ini (2012) Telkom dapat menyelesaikan audit Laporan
Keuangan 2011 pada Maret 2012, sama dengan tahun lalu sehingga ini
merupakan pencapaian positif selama dua tahun berturut-turut.
Pada 2011, Telkom mengimplementasikan untuk pertama kalinya audit berbasis International Financial Reporting Standards
(IFRS). ”Tentu ini merupakan tantangan tersendiri melaksanakan IFRS
pada 2011, satu tahun lebih awal dari jadwal yang ditetapkan oleh
DSAK-IAI yang menetapkan selambatnya harus dilaksanakan pada 2012,”
demikian papar Direktur Keuangan Telkom, Sudiro Asno.
Kinerja Operasional Menguat
Data operasional menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, yaitu untuk pelanggan telephony
pada 2011 mencapai jumlah pelanggan 129,86 juta, naik 7,8% dibandingkan
2010 (120,47 juta), dengan rincian sebagai berikut: Jumlah pelanggan
seluler pada 2011 mencapai 107,02 juta, naik 13,8% dibandingkan 2010;
Jumlah pelanggan wireline (telepon kabel) 2011 mencapai 8,60 juta (naik 3,6%); Jumlah pelanggan Flexi sebanyak 14,24 juta (turun 21,60%).
"Khusus
mengenai penurunan pelanggan Flexi, dapat dijelaskan bahwa kami memang
melakukan terminasi terhadap pelanggan tidak produktif yang di evaluasi
setiap akhir tahun. Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan Flexi
maka pada Oktober 2011, Telkom menggelar layanan broadband mobile dengan teknologi Evolution Data Optimized (EVDO)
yang mendapat sambutan positif dari pelanggan. Dalam kurun waktu
sekitar tiga bulan hingga akhir 2011 tersebut, jumlah pelanggan EVDO sudah mencapai 44 ribu,” kata Rinaldi.
Sementara itu, untuk pelanggan broadband,
jumlahnya tumbuh signifikan. Pada 2011 mencapai 10,47 juta, tumbuh
63,40% dibandingkan 2010 (6,41 juta), dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah pelanggan Speedy pada 2011 mencapai 1,79 juta (naik 8,50%)
dibandingkan tahun 2010; Jumlah pelanggan Flash pada 2011 mencapai 5,53
juta (naik 45,70%); Jumlah pelanggan BlackBerry mencapai 3,15 juta (naik
226,40%).
Dalam upaya meningkatkan kualitas layanan, pada 2011 Telkom Group juga menambah Base Transceiver Station
(BTS) untuk Telkomsel dan Flexi menjadi 49.461 unit yang mencakup
42.623 unit BTS Telkomsel dan 6.838 unit BTS Flexi, meningkat 17,20%
dibanding 2010. Dari total BTS tersebut, terdapat BTS 3G Telkomsel
sebanyak 9.509 unit dan BTS Flexi berteknologi EVDO sebanyak 1.123 unit.
Biaya Pendi dan Biaya Ekstra Lainnya
Pada saat yang sama Telkom juga membukukan biaya ekstra (non-recurring) sekitar Rp 1,57 triliun yang terdiri atas: (i) Biaya non-kas ekstra sebesar Rp 779 miliar, yaitu untuk impairment
aset sebesar Rp 563 miliar dan percepatan depresiasi sarana pendukung
serta modernisasi jaringan Telkomsel sebesar Rp 216 miliar; (ii) Biaya
kas ekstra sejumlah Rp 794 miliar dikeluarkan untuk mendanai program
Pensiun Dini (Pendi) sebesar Rp 629 miliar yang diikuti oleh 762
karyawan dan penyesuaian kompensasi serta manfaat pensiun karyawan
Telkomsel sebesar Rp 165 miliar.
Setelah memperhitungkan biaya kas ekstra, Perseroan membukukan Earning Before Interests, Taxes, Depreciation and Amortization (EBITDA)
sebesar Rp 36,56 triliun pada akhir 2011. Jika tanpa memperhitungkan
biaya kas ekstra, EBITDA mencapai Rp 37,35 triliun (tumbuh sebesar
1,40%).
"Sedangkan
laba bersih Perseroan setelah adanya biaya ekstra menjadi Rp 11
triliun. Jika tanpa memperhitungkan biaya ekstra sebesar Rp 1,57
triliun, laba bersih Perseroan mencapai Rp 12,10 triliun atau tumbuh
6,90% dibanding tahun lalu,” kata Sudiro Asno. ***red03/Portal/Telkom