Bagi orang yang tengah putus asa,
terutama orang Sunda, HP sering dijadikan akronim sebagai Hayang Paeh
(Ingin Mati). Bagi wanita yang sering disakiti alias diselingkuhin,
HP adalah singkatan Hidupku Pedih. Bagi kaum mistis, HP singkatan
dari Hantu Penasaran. Bagi kaum politisi HP adalah Hentikan
Penghianatan. Bagi Petinju HP adalah Hajar Palanya. Dan bagi saya HP
adalah Habis Perkara.
Memang. HP kini telah menjadi alat
komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Seorang kawan
pernah bilang, “lebih baik ketinggalan istri di pasar daripada
ketingalan HP di rumah.” Bahkan orang yang HP-nya tertinggal di
rumah, seringkali menunjukkan gejala psikologis seperti: Resah,
gelisah, khawatir, cemas, kalut, tidak percaya diri, dan omongannya
suka ngelantur, karena sebagian otak dan perasaanya ada di HP.
Intisarinya, HP kini sudah tidak dapat
dipisahkan lagi dari kehidupan kita. HP telah menjadi kebutuhan
primer untuk berkomunikasi dengan sesama. Bahkan anak2 balita pun
kini sudah mulai diperkenalkan dengan HP. Tidak terkecuali bagi si
Kamsuy kecil. Tujuannya tentu saja agar otak anak itu, tak cukup
kudu waras, namun juga harus cerdas. Artinya sejak kecil anak harus
diajari untuk mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
Cuman, ya, namanya juga anak. Kalau
dikasih HP terlalu dini, ya gituh, dia belum tau aspek pengamanannya.
Contohnya si Kamsuy Kecil tuch. Blom pake celana sudah dikasi HP
yang model flip tutup buka. Karena kecerobohan anak, HP ngejepit bagian
“tralala” atau titit nya. Karuan saja Kamsuy bingung, mengapa itu
HP bisa menggantung di ujung “prikitiew”-nya.
Akhirnya Kamsuy pun sejadi-jadinya menangis memanggil mamahnya sambil menatap HP yang tergantung. “Emaaaakkk...tatiiiit...,” tangis si Kamsuy.//kgm
Akhirnya Kamsuy pun sejadi-jadinya menangis memanggil mamahnya sambil menatap HP yang tergantung. “Emaaaakkk...tatiiiit...,” tangis si Kamsuy.//kgm