Anda tertarik dan berminat membuat tatto seperti yang terukir pada tubuh si kecil itu?
Eits, sebaiknya anda jangan buru2 angkat tangan alias sangat berminat. Apalagi kalo sampe buru2 buka baju dan minta dibuatin outline gambar tengkorak di dada. Atau gambar kapak merah di jidat. Wadouww...urusannya bisa repot brurrr...
Walaupun tatto saat ini telah menjadi bagian dari karya seni, namun tetap saja dalam benak masyarakat masih tersimpan memori kalau orang bertatto itu identik dengan kaum kriminal. Bahkan pada jaman orba, tak sedikit kaum bertatto dikirim ke akhirat oleh penembak misterius (petrus). Persoalannya, yaitu itu tadi, mereka dikategorikan sebagai kaum bajingan pemilik prilaku error yang meresahkan masyarakat.
Konon di Jepang seni tatto dikenal dengan nama Horimono. Secara harfiah artinya memahat atau mengukir. Kata tersebut bisa digunakan untuk kegiatan memahat ukiran pada mata pedang atau membuat rajah tubuh. Kegiatan merajah tubuh telah dikenal sejak lama oleh masyarakat Jepang kuno, yaitu sejak sekitar jaman Jomon atau 10.000 tahun SM. Awalnya tanda rajah digunakan untuk tujuan spriritual atau dekoratif. Selanjutnya, pada jaman Yayoi atau 300 tahun SM sampe 300 tahun M rajah digunakan sebagai penanda status sosial.
Namun sejak jaman Kofun (300-600 M) rajah mulai di torehkan pada bagian tubuh para kriminal sebagai hukuman. Tetapi, bangsa Ainu yg merupakan bAangsa pribumi Jepang pun ternyata mengenal rajah tubuh dan menggunakan nya unAtuk tujuan spiritual. Mereka menggunakan rajah untuk membuat diri nya menyerupai dewi dlm kepercayaan bangsa Ainu. Mereka percaya bahwa setan yg diyakini sebagai pembawa wabah penyakit akan akan lari ketakutan karena salah membedakan para manusia dan sosok dewi yg ditakutinya.
Cara merajah tubuh di Jepang bisa dibedakan menjadi dua, yaitu cara merajah dengan teknik tradisional atau menggunakan mesin. Untuk membuat rajah tubuh, pertama kita harus menemukan seorang Horishi atau ahli rajah. Menemukan nya juga tak mudah, karena mereka cukup tertutup dan informasinya hanya bisa di dapatkan dari mulut ke mulut. Setelah menemukan, biasanya yg pertama kali di lakukan sang klien adalah berdiskusi tentang desain gambar rajah yg di inginkan.
Jika sudah sepakat, maka sang ahli rajah bisa langsung membuat outline gambar tersebut. Pembuatan ini di lakukan langsung tanpa stensil, dan dapat menghabiskan waktu berjam-jam. Bila proses pembuatan outline sudah selesai, maka selanjutnya adalah proses pemberian warna. Proses ini dilakukan setiap kunjungan mingguan dan akan memakan waktu 1-5 tahun sampai selesai pemberian warna. Biaya yang di butuhkan untuk membuat sebuah rajah lengkap bisa mencapai 3 juta yen.
Horimono yg telah jadi tidak di perlihatkan, melainkan selalu ditutupi dgn pakaian karena masyarakat Jepang masih menganggap rajah tubuh sebagai penanda kriminalitas atau dekat dengan kalangan Yakuza. Biasanya orang yang memiliki Horimono di tolak untuk masuk ke tempat2 umum seperti pemandian air panas, pusat kebugaran, dan juga sulit untuk mendapatkan pekerjaan.//kgm
Walaupun tatto saat ini telah menjadi bagian dari karya seni, namun tetap saja dalam benak masyarakat masih tersimpan memori kalau orang bertatto itu identik dengan kaum kriminal. Bahkan pada jaman orba, tak sedikit kaum bertatto dikirim ke akhirat oleh penembak misterius (petrus). Persoalannya, yaitu itu tadi, mereka dikategorikan sebagai kaum bajingan pemilik prilaku error yang meresahkan masyarakat.
Konon di Jepang seni tatto dikenal dengan nama Horimono. Secara harfiah artinya memahat atau mengukir. Kata tersebut bisa digunakan untuk kegiatan memahat ukiran pada mata pedang atau membuat rajah tubuh. Kegiatan merajah tubuh telah dikenal sejak lama oleh masyarakat Jepang kuno, yaitu sejak sekitar jaman Jomon atau 10.000 tahun SM. Awalnya tanda rajah digunakan untuk tujuan spriritual atau dekoratif. Selanjutnya, pada jaman Yayoi atau 300 tahun SM sampe 300 tahun M rajah digunakan sebagai penanda status sosial.
Namun sejak jaman Kofun (300-600 M) rajah mulai di torehkan pada bagian tubuh para kriminal sebagai hukuman. Tetapi, bangsa Ainu yg merupakan bAangsa pribumi Jepang pun ternyata mengenal rajah tubuh dan menggunakan nya unAtuk tujuan spiritual. Mereka menggunakan rajah untuk membuat diri nya menyerupai dewi dlm kepercayaan bangsa Ainu. Mereka percaya bahwa setan yg diyakini sebagai pembawa wabah penyakit akan akan lari ketakutan karena salah membedakan para manusia dan sosok dewi yg ditakutinya.
Cara merajah tubuh di Jepang bisa dibedakan menjadi dua, yaitu cara merajah dengan teknik tradisional atau menggunakan mesin. Untuk membuat rajah tubuh, pertama kita harus menemukan seorang Horishi atau ahli rajah. Menemukan nya juga tak mudah, karena mereka cukup tertutup dan informasinya hanya bisa di dapatkan dari mulut ke mulut. Setelah menemukan, biasanya yg pertama kali di lakukan sang klien adalah berdiskusi tentang desain gambar rajah yg di inginkan.
Jika sudah sepakat, maka sang ahli rajah bisa langsung membuat outline gambar tersebut. Pembuatan ini di lakukan langsung tanpa stensil, dan dapat menghabiskan waktu berjam-jam. Bila proses pembuatan outline sudah selesai, maka selanjutnya adalah proses pemberian warna. Proses ini dilakukan setiap kunjungan mingguan dan akan memakan waktu 1-5 tahun sampai selesai pemberian warna. Biaya yang di butuhkan untuk membuat sebuah rajah lengkap bisa mencapai 3 juta yen.
Horimono yg telah jadi tidak di perlihatkan, melainkan selalu ditutupi dgn pakaian karena masyarakat Jepang masih menganggap rajah tubuh sebagai penanda kriminalitas atau dekat dengan kalangan Yakuza. Biasanya orang yang memiliki Horimono di tolak untuk masuk ke tempat2 umum seperti pemandian air panas, pusat kebugaran, dan juga sulit untuk mendapatkan pekerjaan.//kgm