Setelah ada kompromi diantara kedua
kapten kesebelasan pertandingan siap dilanjutkan. Kesepakatannya bola
yang hilang diganti dengan buah durian pemberian Atang. Wasit Ipung
menjinjing bola durian yang telah terikat tali rafiah ke tengah
lapangan. Setelah durian ditaro di titik tengah wasit Ipung meniup
terompet ampe terpingkal-pingkal seraya mengarahkan para pemain agar
menempati posisi.
Namun, entah mengapa, para pemain bagai
terserang penyakit budek. Mereka kagak ada yang mau maju ke lapangan.
Malah berkumpul dan pada duduk di gawangnya masing-masing. Boleh
dibilang mirip unjuk rasa. Mungkin para pemain tak sudi kakinya
rontok gara2 nendang bola durian. Apalagi kalo disuruh nanduk,
wadouw, bisa nyangkut di kepala tuch duren.
Mengingat pertandingan tertunda hampir
satu jam para penonton mulai melolong. Penonton protes dan menuntut
minta ganti rugi pada panitia. Mungkin meniru sanksi di penerbangan
jika terlambat sekitar empat jam maka para penumpang harus mendapat
kompensasi Rp. 300 ribu rupiah. Namun karena terlambat sejam,
penonton pertandingan ini cukup toleran, berbaik hati dan tidak
sombong. Mereka cuma menuntut agar diberikan nasi bungkus dengan
telor dadar plus sambel secukupnya saja. Sepertinya para penonton
menderita laparnya sudah ga kira-kira. Sebab dari tadi mereka secara
bersamaan meneriakan yel2: “lapar..lapar..lapar...dst...”
Ganjar selaku ketua penitia kelabakan
dengan tuntutan penonton. Namun dia bertindak cukup sigap dan segera
kasi disposisi pada stafnya Santi untuk beli nasi bungkus di Jl
Setiabudi. Diumumkan Ganjar lewat sound system agar penonton
bersabar, nasi bungkus sedang disiapkan. Para penonton tiba2 diam dan
di beberapa tempat sempat terdengar ucapan: “Alhamdulillah...”sambil
mengusap-usap perutnya.
Sementara di lapangan tengah hanya
tinggal bertiga. Wasit Ipung, Kapten Manajemen Rinaldi dan Kapten
Sekar Wisnu. Ketiganya juga bingung. Karena tak tau apa yang harus
diperbuat akhirnya mereka duduk bertiga mengelilingi buah durian.
Dalam kondisi kebingungan seperti itu, tiba-tiba ada seorang penonton yang berteriak: “Sudah...makan saja duriannyaaaaa...!!!!” demikian teriak seorang penonton yang diketahui seorang anggota MPO dari Jatim bernama Budhi. Rupanya Budhi tak hanya berteriak namun langsung ke tengah lapangan sambil membawa golok.
Dalam kondisi kebingungan seperti itu, tiba-tiba ada seorang penonton yang berteriak: “Sudah...makan saja duriannyaaaaa...!!!!” demikian teriak seorang penonton yang diketahui seorang anggota MPO dari Jatim bernama Budhi. Rupanya Budhi tak hanya berteriak namun langsung ke tengah lapangan sambil membawa golok.
Ketika Budhi mengacung2kan golok menuju
tengah lapangan dicegat Sekjen Sekar, Asep Mulyana. Mungkin Asep
khawatir akan terjadi sesuatu yang bisa berakibat sesuatu banged.
Terjadilah dialog:
Asep:
“mangmengmong...mungmingmeng...mongapaiiiin..?”
Budhi:
“blahblehbloh..blihbluhblahduren...”
Asep: “ahihoh..ahuhihoooch...”
Tanpa cingcong dan bla ble blo lagi,
Budhi diikuti Asep langsung ke tengah lapang untuk membelah duren.
Setelah duren terbelah, mereka berlima akhirnya asyik makan duren
dengan sangat akrabnya dan menjadi tontonan di tengah lapangan. Malah
kapten Rinaldi berkali-kali mengacungkan jempolnya ke atas. Pertanda
durian itu sepertinya tak hanya MAKNYUUSSS tapi juga JUARA. Karuan
saja penonton merespon dengan suara koor:
“Huuuuuu...huuuuu....huuuu....”//nas/kgm//
Pesan moral: "Siapapun pejabatnya dan apapun jabatannya dengarkan suara pelanggan."
Pesan moral: "Siapapun pejabatnya dan apapun jabatannya dengarkan suara pelanggan."