
Strategi yang diterapkan Sekar dengan pola sembilan satu atau sembilan bertahan di depan gawang dan satu orang penyerang rupanya tak sia2. Berkali-kali Faisal, Ermady dan Nyoman menyarangkan bola ke gawang Sekar tapi lagi2 bola dapat dimentahkan di depan gawang. Babak pertama pun harus berakhir dengan kacamata alias bolong-bolong.
Dari sembilan pemain yang bertahan di depan gawang Sekar (yang ternyata para kabid dan Sekjen) ada seorang pemain tinggi besar yang sepertinya lumayan disegani dan agak dihindari pemain termasuk Wasit. Pemain itu adalah Rono Prakoso. Ferdi Rosman saat istirahat babak pertama penasaran dan melakukan wawancara dengan orang “besar” itu.
Ferdi : “Saudara bermain santai dan tidak banyak bergerak tapi pemain lawan seperti segan pada Anda. Napa bisa begitu?”
Rono: “Yo, ndak tau aku, tanya saja sama mereka...”
Ferdi: “Apa mungkin karena badan anda yang tinggi besar?”
Rono: “Yo, ndak tau aku, pikir aja sendiri...”
Ferdi: “Sebenarnya posisi anda sebagai pemain apa sich..???”
Rono: “Yo, ndak tau aku, tapi kata Ketum sich sebagai penyerang...”
Ferdi: “Sebagai penyerang tapi napa berada di depan gawang sendiri bukannya di depan gawang lawan?”
Rono: “Yo, ndak tau aku, tanya saja sama Ketum noch...”
(Ferdi penasaran dengan jawaban Rono yang ndak tau ndak tau mulu, ia pun bertanya ke Ketum).
Ferdi: “Sdr. Wisnu, apa betul Sdr. Rono itu dipasang sebagai penyerang?”
Wisnu: “Yups, dia memang dipasang sebagai spesial penyerang...”
Ferdi: “Maksudnya sebagai spesial penyerang gimana?”
Wisnu: “Dia kupasang spesial sebagai Penyerang Wasit...”
Ferdi: “Hah, penyerang wasit? Alamaakkkk...” (dalam hati: pantesan wasit ga mau deket2 dia...)
====N425