Tak ada jabatan paling empuk selain menjadi komisaris utama. Tanpa harus berpusing-pusing ria, si fulus bisa datang sendiri ke rekening pribadi. Tentu saja dalam nominal yang relatif menggiurkan. Tak aneh kalau jabatan itu menjadi inceran kaum boss. Bila perlu harus diperjuangkan lewat sikut kiri tendang kanan agar perjalanannya menuju penumpukan harta lebih leluasa. Seperti kisah tiga burung di jaman baheula di perusahaan antah brantah berikut ini.
Merpati: “Tolong dong saya diposisikan menjadi komut di anak perusahaan yah?”
(Permintaan Merpati itu ditujukan kepada Garuda yang dipandang sebagai pejabat senior dan memiliki akses kuat untuk meng-gol-kan menuju posisi itu).
Garuda : “Insyaallah boss...”
(Rupanya isu itu terdengar sang Elang dan langsung Elang menyampaikan pengaduan kepada Garuda).
Elang : “Bagaimana pun juga Merpati tidak bisa menjadi komut”.
Garuda: “Mengapa?”
Elang: “Akan terjadi conflict of interest, jadi mohon agar permintaan Merpati tidak dipenuhi?”
Garuda : “Itu urusan saya, jangan anggap saya bodoh, saya juga tau koq...”
Elang: (masih ragu danberkali-kali mendatangi Garuda bahkan hampir setiap hari) “Pokoknya saya tidak setuju kalau Merpati menjabat sebagai komut di salah satu anak perusahaan. Apalagi anak perusahaan yang menjadi andalan pendapatan...”
Garuda: “Keep calm, Tenang saja, knapa sich...”
(Waktu pun berlalu, masa berganti. Sang Merpati itupun hingga akhir jabatannya benar2 tidak tembus menjadi komut. Malahan jabatan tertinggi itu pun disambar sang Elang. Dan aneh bin ajaib sang Elang penggantinya dengan mudahnya menjadi komut di anak perusahaan).====n425
Pesan moral: Watak dasar manusia adalah ketidakpuasan dan keserakahan. Jika nafsu itu diikuti akan menjurus pada keserakahan bahkan meningkat lagi pada kezoliman. Hendaknya disadari bahwa ketika kita wafat yang dibawa hanyalah 2x2 m kain kafan.