(Wawancara Imajiner dengan Nurani Koruptor)
|
Catatan awal: Berikut adalah wawancara imajiner. Jawaban Sang Koruptor bukan lewat mulutnya, tapi dari bisikan qolbunya. Pewawancara pun masuk ke dalam nuraninya. Sehingga terasa begitu sangat intim hingga terbebas dari kebohongan. Sebuah wawancara blak-blakan, tanpa tedeng aling-aling. Bagaimana kalau kita simak saja...
Apa yang ingin Anda sampaikan di malam pergantian tahun ini?
Disaat
detik-detik pergantian tahun ini, seperti umumnya disampaikan
orang-orang, Aku
pun ingin menyampaikan: “Goodbye 2011 dan Welcome 2012.”
Namun entah mengapa, ya, terlintas dalam ingatanku ada kesedihan mendalam atas beberapa musibah yang dialami saudara-saudaraku di berbagai daerah. Aku pun pada kesempatan ini rasanya harus menyampaikan rasa bela sungkawa sedalam-dalamnya atas berbagai musibah yang terjadi di udara, laut dan darat di negeri ini yang kerap terjadi begitu dahsyat hingga harus menelan banyak korban.
Namun entah mengapa, ya, terlintas dalam ingatanku ada kesedihan mendalam atas beberapa musibah yang dialami saudara-saudaraku di berbagai daerah. Aku pun pada kesempatan ini rasanya harus menyampaikan rasa bela sungkawa sedalam-dalamnya atas berbagai musibah yang terjadi di udara, laut dan darat di negeri ini yang kerap terjadi begitu dahsyat hingga harus menelan banyak korban.
Ada uneg-uneg
barangkali?
Ya, benar. Untuk menyambut kehadiran tahun baru kali ini, rasanya aku
juga ingin mengumbar segala uneg-unegku. Tentang
segala kejengkelan, kekalutan dan kebencianku. Tentang segala dosa,
kekejian dan kezolimanku. Tentang ini dan itu yang acapkali tak bisa
kupahami mengapa semua itu harus terjadi. Aku
sesungguhnya ingin menumpahkan renungan seluruhnya di malam
pergantian tahun ini.
Isu yang berkembang Anda
seorang koruptor, benar?
Benar. Aku adalah Seorang Raja Koruptor. Tapi asal tau saja, aku adalah koruptor paling beruntung. Ini tentu saja lantaran mendapat
kepercayaan menjadi “orang penting”. Lihat saja, hartaku begitu melimpah, hingga Aku kebingungan mau
dikemanakan dan bagaimana cara menghabiskannya. Aku adalah seorang
boss yang kata orang bernasib sangat mujur. Wajar, jika Aku terbiasa mendapat pujian dan dielu-elukan banyak orang. Terutama oleh para bawahanku, para
mitra kerjaku, mitra aparat keamananku, para aparatur peradilanku, para
tetanggaku, tidak terkecuali para sejawatku.Jadi masabodo dengan isu yang berkembang.
Wow, apa kiat suksesnya?
Selama ini Aku terbiasa didaulat sebagai orang hebat dan luar
biasa. Hebat karena keberanianku, luar biasa karena kenekatanku.
Mungkin, karena aku selalu berada dalam dua dimensi cukup ekstrim.
Sebagai seorang pejabat tinggi sekaligus pejabat korup. Seorang
pebisnis sejati sekaligus pebisnis licik. Seorang politisi terpandang
sekaligus politisi busuk. Seorang idealis sekaligus seorang munafik.
Anda seorang pemimpin
kontradiktif yang beruntung dong?
Orang-orang percaya, kalau aku dinaungi dewi fortuna. Bahkan Aku pun
mendapat sandangan sebagai seorang pemimpin panutan. Seorang
pemimpin yang berani, keras, tegas, tandas dan tanpa tedeng
aling-aling. Walaupun sesungguhnya aku merasa diriku “tak berkepala.”
Ingat "kepala" itu identik dengan pemimpin. Jadi jika aku tak berkepala itu
berarti aku tak berkepemimpinan. Intinya adalah Aku sesungguhnya tak
punya jiwa pemimpin.
Berarti Anda orang
cerdas donk. Tapi darimana Anda peroleh harta yang melimpah itu?
Hartaku memang melimpah, namun itu lebih banyak dari hasil korupsi,
kolusi dan nepotisme. Aku memang gemar memeras keringat bawahan. Aku
manfaatkan orang-orang yang tak berdaya dan tentu saja Aku pemeras tangguh para mitra vendorku. Tapi jika ada orang menganggapku sebagai orang
cerdas, hahahaha...aku rasa mereka keliru dan tertipu. Dalam
nilai raport dan ijazah, rankingku berada di bawah rata-rata dan bahkan beberapa kali nyaris tidak naik kelas. Barangkali kehebatanku karena aku jago membual, jago menjilat ke atas, menekan ke bawah. Ahli menyikut
ke samping kiri dan kananku. Selain, tentu saja, terampil memeras,
menipu, berbohong dan berculas diri.
Berarti Anda termasuk
orang nekad. Bagaimana bisa lepas dari jeratan hukum?
Aku memang tergolong orang teramat nekad hingga pernah didaulat si edan paling nekad. Tapi jangan lupa, gerak langkahku selalu dipandu ramalan
feng sui dan jampi-jampi dukun sakti. Sehingga
seberat apa pun Aku berhianat atau berbuat jahat pada orang, tak pernah sampai terjerat
hukum. Apalagi kalau harus mendekam di sebuah pulau kecil terpencil
nun jauh di seberang Cilacap sana.
Anda Luar biasa!! Sebagai
pebisnis, bagaimana Anda memandang para mitra vendor?
Sebagai seorang pebisnis, aku sering tersenyum melihat
kegoblokan para mitra kerja, termasuk para vendor di dalamnya. Mereka itu begitu
gampang dibodohi dan ditaklukan, hingga tak sanggup lagi untuk
mengatakan ’tidak’ padaku. Kuncinya tak terlalu sulit, cukup
dengan upaya menekan dan mempersulit dengan prosedur berbelit. Kalau
sudah begitu biasanya mereka akan segera melobiku. Aku pun
diajaknya ke hotel berbintang lima. Atau ngajak "bercanda" lewat sepukul dua pukul di padang golf.
Lalu apa yang mereka
berikan atau janjikan?
Pastinya aku diberikan "sesuatu" seraya “dijanjikan”
kesenangan dunia. Ya, mulai dari pemberian sejumlah harta hingga kiriman wanita. Ini menjadikan
kemitraaku dengan mereka semakin kental dan menyatu. Walaupun aku sadari yang mereka berikan itu adalah uang dari instansiku juga yang notabene adalah uang rakyat.Jadi antara Aku dan Vendor sesungguhnya adalah saling peras-memeras.
Lalu apa yang Anda
berikan pada mereka itu?
Ya itu tadi, sebagai balas budi, maka kuberikan ia jalan mudah menuju tol bebas
hambatan. Dalam arti aku mengganjarnya lewat kemenangkan tender.Tapi sebelum tender dimenangkan harus ada kejelasan berapa fee yang akan diberikan untuk dibagi-bagi dengan tim. Bila perlu fee itu diberikan duluan. Nominalnya 10% sebelum tender dan 10% lagi setelah tender dimenangkan.
Pernah disatroni penegak
hukum?
Ya, pernah suatu ketika ada sebuah kasus menimpaku. Aparat hukum
mendatangiku. Itu biasa. Mereka juga ingin kecipratan rezeki. Investigasi mereka seringkali mengada-ada. Tujuannya sama demi fulus. Karena itu, Aku begitu tenang seraya menguji
sampai sehebat mana para petinggi hukum kita dalam membedah dan
menuntaskan sebuah perkara. Aku sudah hafal bagaimana mentalitas para penegak hukum dan aparatur peradilan kita. Apalagi
jampi-jampi penyumbat mulut telah kugenggam erat. Bahkan aku sangat
ahli menggunakannya dan kapan harus memanfaatkannya. Seperti biasa
teori ”win-win solution” - semua senang semua tenang – telah
sanggup membersihkan seluruh debu2 perkara. Bagai sebuah kemoceng
menyapu debu di atas meja. Sementara jika ada yang tertangkap basah KPK. Itu karena apes saja. Mungkin karena mereka kurang bersodaqoh...hahaha....
Sebagai pebisnis, Anda
juga sebagai pejabat negara, apa tidak cukup hidup dari gaji Anda?
Sebagai seorang pejabat negara aku sesungguhnya malu pada diriku
untuk berterus terang. Malu karena harus kuakui, Aku pejabat yang tak
pernah bisa jujur. Mungkin karena kondisi lingkungan yang korup dan watak dasar yang
mengharuskan bermain-main dengan penghianatan. Namun kalau mau jujur
dan hanya mengandalkan dari gajiku, darimana aku bisa makan di
restoran jepang atau hotel five-star. Mana cukup untuk membiayai sekolah
anak-anakku yang di luar negeri. Belum lagi arisan istri-istriku, tiga
pembantuku, tip sekretarisku, dan tetek bengek biaya ekstra jatah maksiat. Darimana aku bisa bayar rekening listrik, telepon, PAM, gas,
dan beberapa istri simpananku. Serta bagaimana aku harus menjaga
prestasi dan prestiseku kalau hanya mengandalkan dari take home pay
seorang pejabat. Rasanya no way untuk memenuhi seluruh biaya hidup keseharianku.
Kalau begitu jadi
pejabat itu hanya untuk menumpuk harta?
Ya, begitulah. Ketika aku dipercaya menjadi seorang pejabat, maka
dengan serta merta tahap pertama adalah membenahi kondisi ekonomiku. Menjadi pejabat juga dibeli, jadi modal harus kembali dulu. Tentu saja, Aku pun mulai turut terlibat dan “bermain kotor”. Ternyata, setelah menjadi pejabat tinggi sungguh tak sulit bermain seperti itu. Tak ada bedanya dengan anak
balita yang main tak umpet dengan teman tetangga seusianya.
Teknisnya pun tak sulit, selama masih ada sebuah meja berkolong. Atau
selama masih ada yang jualan map, amplop dan cek wisata. Atau selama
masih memiliki nomor rekening sebuah bank. Semuanya akan berjalan
lancar-lancar saja. Karena kekuasaanku yang disalahgunakan itulah aku pun semakin berkutat dalam lumpur dosa
dan perbuatan nista.
Wah, wah, wah..,kalau begitu tindakan Anda sudah keterlaluan?
Memang seringkali aku berbuat keterlaluan. Mungkin karena keserakahan
yang mengalir dan melekat dalam jiwa, hingga seringkali aku harus
disoroti, dicurigai dan dituduh pejabat paling rakus. Mungkin karena Aku sering membuat transaksi yang sangat mencolok mata. Perbuatan mark-up,
memeras mitra vendor dan konsultan atau bermain-main dengan komisi
dan diskon yang sudah kuanggap sebagai perbuatan biasa. Semua itu kuhadapi dengan pasang wajah dingin tanpa dosa. Dengan sedikit menekan seraya menyelewengkan aturan, maka tak sulit kalau sekadar
berkeinginan dihadiahi sebuah rumah, kendaraan mewah plus deposito.
Apalagi, kalau yang namanya permainan kongkalikong lewat jual beli
kesepakatan di jagat mafia pertenderan sudah bukan rahasia
umum lagi. Semua paham, bagaimana cara “bermain mata” dan berkongkalikong dengan
vendor apalagi jika nilai kontraknya melimpah. Mereka harus diperas
dan dipersulit prosedurnya untuk menimbulkan efek jera si mitra,
hingga berbalik menjadi penuh pengertian.
Anda pun menjadi seorang
Anggota DPR. Apa yang Anda lakukan disana?
Ya, Aku pun menjabat sebagai Anggota DPR. Keahlianku dalam
menerapkan ilmu retorika, tak disangsikan lagi. Maka tak heran saat
kampanye, aku bak orator kawakan. Berbekal ilmu psikologi massa dan
ilmu komunikasi yang seadanya, aku pun mulai berkampanye yang penuh
dengan bualan dan janji-janji palsu. Segala jurus propaganda dan
agitasi kukerahkan sepenuh tenaga. Aku pun sadar kalau saat itu,
sesungguhnya aku sudah melakukan penggiringan isu untuk kepentinganku dan partaiku. Aku jadi terbiasa melakukan kebohongan publik. Bahkan penghianatan
kepada hati nurani rakyat.
Apa Anda tidak merasa
berdosa berhianat pada rakyat seperti itu?
Aku tak perduli. Yang penting adalah bagaimana caranya agar aku bisa
segera bertengger di kursi jabatan yang terhormat. Memang benar dan
kurasakan sendiri, kursi DPR itu begitu empuk dengan pendingin yang
sejuk, hingga menjadi sebuah tempat nyaman dan strategis untuk
sekedar baca koran dan tertidur lelap. Gajiku pun dibayar boleh
dibilang nyaris gaji buta, karena tanpa harus menumpahkan banyak
energi. Namun aku sering lupa mengambil gajiku, karena aku harus
mengurus pendapatan lain yang lebih berarti dalam jumlah lipatan
kali. Rejeki haram itu kuperoleh atas jasa sebuah statement “acc”
dari sebuah kebijakan yang akan diluncurkan pemerintah atau Instansi.
Tak perduli, kalau pada gilirannya kebijakan itu merugikan
perusahaan, mencekik karyawan atau membuat rakyat melarat.
Anda lakukan itu untuk
mengejar kemewahan?
Pastinya donk. Lihat saja, Aku menjadi sangat makmur. Hingga
ke kantor pun harus bermobil mewah seharga milyaran rupiah. Teman-temanku juga sama. Kalau tidak percaya, lihat saja di halaman
parkir Senayan. Kalian akan terkagum-kagum melihat rekan-rekanku
lomba adu pamer mobil mewah disana. Sebenarnya untuk menjadi orang
kaya di DPR yang sesungguhnya diisi oleh para jago kandang itu, tidak
lah sulit. Disitu ada pelbagai macam pos anggaran, mulai dari
anggaran pihak ketiga, benchmark ke luar negeri, kendaraan,
perumahan, reses, sampai pada beberapa pos anggaran yang tidak jelas
peruntukannya hingga menjadi semacam uang siluman, dll.
Bagaimana strategi untuk
menutupi kebusukan itu?
Untuk menjadi kaya di DPR, cukup bermodalkan presentasi dan berjiwa
pembela rakyat, sekali pun itu harus dilakukan dengan penuh
keterpaksaan dan kepura-puraan. Ya,
kupikir, namanya juga usaha, maka segala cara dan daya harus
diupayakan. Walau sesungguhnya itu, tak hanya telah menghianati
rakyat, bangsa dan negaraku, namun juga telah menghianati sejawat dan
diriku sendiri yang harus aku pertanggungjawabkan kelak di hadapan
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Terompet tahun baru telah berbunyi, pergantian tahun segera bergulir. Anda barusan telah menyebut nama Tuhan. Bagaimana Anda menatap tahun depan, apakah Anda akan bertobat?
(Sang Koruptor menitikan air mata). Kini Aku mulai sadar. Bahwa hartaku yang
melimpah ini ternyata tidak membawa kebahagiaan pada hidupku dan
keluargaku. Aku malah merasa tersiksa dengan segala dosa dari
perbuatanku selama ini. Maka kini kutanamkan pada diriku, Aku ingin
berikrar dan bertekad bahwa mulai tahun 2012 ini, aku harus menjadi
orang yang lebih baik dan wajar, lebih arif dan bijak, lebih jujur
dan apa adanya. Akan kutanamkan untuk menggempur segala kemudharatan
diri. Akan kubentangkan tekad untuk menggapai derajat taqwa sekuat
iman.
Syukurlah
Anda mulai sadar dengan segala kekeliaruan Anda. Apa sesungguhnya
yang menyadarkan Anda?
Aku mulai menyadari bahwa jatah umurku telah berkurang satu tahun.
Kemudian aku berpikir sampai kapan Aku mau berbuat zolim seperti ini.
Jadi menjelang tahun baru ini Aku ingin jadikan menjadi semacam
harapan baru. Mungkin kah aku masih diberikan umur dan bisa menjalani
hidupku dalam setahun ke depan. Mungkin kah masih diberikan
kesempatan untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan wajar. Aku
mulai berpikir untuk mulai membuat rencana-rencana besar hidupku yang
bernuansa spiritual. Aku akan membuat target-target besar yang
berorientasi ke kehidupan akhirat.
Jadi maksudnya pergantian tahun ini akan Anda jadikan sebagai resolusi untuk berintrospeksi dan berbenah diri secara total?
Ya, benar. Pergantian tahun ini, tak hanya akan Aku jadikan sebagai
sebuah momentum untuk berintrospeksi diri. Namun juga untuk berbuat
yang terbaik. Bagaimana agar dalam menjalani kehidupan di tahun 2012
ini menjadi lebih berarti bagi hidupku, bagi bangsa dan negaraku,
bagi agama dan tempatku bekerja. Minimal bagi diriku sendiri yang
kuakui penuh cacat dan cela, yang penuh aib dan penghianatan, yang
penuh kerakusan dan pemerasan, yang telah mengotori darah keluargaku
dengan harta haram. Akan kubersihkan semuanya. Akan kusumbangkan
sebagian besar hartaku untuk membangun tempat-tempat ibadah dan
yayasan-yayasan anak yatim dan kaum dhuafa.
(Ending:
Sang Raja Koruptor rupanya telah mendapat hidayah Tuhan dari
wawancara di pergantian tahun ini. Maka, ketika detik berdetak,
manakala menit mencubit, saat jam berdentam, waktu hari berharu,
disaat bulan mengalun, tahun pun mengayun menjadi rangkaian peristiwa
dan potret diri yang penuh bayangan kelam. Suka, duka, sedih, pilu,
haru, biru, canda, tawa dan nestapa, semuanya telah menjadi memori
bunga-bunga kehidupan. Sementara
seluruh sikap dan perilaku, ketidakwajaran, kerakusan, kebohongan,
penghianatan, pemerasan, penyelewengan, pemutarbalikan fakta, dan
seluruh kejahatan dan kekhilafan, telah terekam dalam sebuah kaset
kehidupan. Sebuah kaset kehidupan yang boleh jadi akan dipertaruhkan
pada Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai pertanggungjawaban kehidupan
selama di dunia. Maka sejatinya
siapa pun patut untuk bersujud dan bersyukur pada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan nikmat yang diperoleh kita
saat ini. Termasuk nikmat kesehatan dan kecukupan rezeki yang
Insyaallah didapatkan dengan cara halal. Itulah karunia Tuhan yang
sesungguhnya untuk kita semua...)
Bandung, akhir Desember 2011
Catatan
akhir:
Wawancara
imajiner adalah wawancara khayalan.
Bukan
kejadian yang sebenarnya.
Pertanyaan
dan jawaban sekedar persepsi dari penulis.
Bisa
benar, bisa juga tidak.
Jadi
mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan di hati.
Salam
hormat...tetap bersabar dan bersyukur pada Allah SWT.
===============nana
suryana==========