Akhirnya, Arief Yahya (AY) mendapat kepercayaan mengemban amanah sebagai Dirut Telkom untuk tiga tahun ke depan. Terpilihnya Arief Yahya sesuai penetapan Agenda 8 pada RUPST Telkom 2012 yang merujuk pada Nota Dinas Rahasia Kementrian BUMN yang ditandatangani Dahlan Iskan.
Arief Yahya sebagai Dirut Telkom menggantikan Rinaldi Firmansyah. Ditetapkan juga Direksi Telkom (BOD) lainnya dengan komposisi sebagai berikut:
Honesty Basyir (Dir Keuangan), Indra Utoyo (Dir Solution & Strategis Portfolio), Muh. Awaludin (Dir Enterprise & Wholesale), Rizkan Chandra (Dir Network Solution), Sukardi Silalahi (Dir Consumer), Priyantono Rudito (Dir HCGA) dan Ririek Adriansyah (Dir Complience & Risk Management).
Dalam RUPST 2012 yang digelar di Ritz Carlton itu, ditetapkan pula komposisi Komisaris (BOC), yakni: Jusman Syafii Djamal (Komisaris Utama), Parikesit Suprapto (Komisaris), Hadiyanto (Komisaris), Johni Swandi Sjam (Kom. Independen) dan Virano Nasution (Kom. Independen).
Menyoal transformasi
Arief Yahya, yang dikenal dengan pakar strategi bisnis ini, pernah mengupas menyoal transformasi di tubuh Telkom beberapa waktu lalu. Menurut Arief, mengapa Telkom harus berubah atau harus bertransformasi? Menurutnya, karena pasar sudah berubah. "Jadi ketika strategi berubah, maka sejatinya struktur pun harus disesuaikan," tandas Arief.
Arief Yahya sebagai Dirut Telkom menggantikan Rinaldi Firmansyah. Ditetapkan juga Direksi Telkom (BOD) lainnya dengan komposisi sebagai berikut:
Honesty Basyir (Dir Keuangan), Indra Utoyo (Dir Solution & Strategis Portfolio), Muh. Awaludin (Dir Enterprise & Wholesale), Rizkan Chandra (Dir Network Solution), Sukardi Silalahi (Dir Consumer), Priyantono Rudito (Dir HCGA) dan Ririek Adriansyah (Dir Complience & Risk Management).
Dalam RUPST 2012 yang digelar di Ritz Carlton itu, ditetapkan pula komposisi Komisaris (BOC), yakni: Jusman Syafii Djamal (Komisaris Utama), Parikesit Suprapto (Komisaris), Hadiyanto (Komisaris), Johni Swandi Sjam (Kom. Independen) dan Virano Nasution (Kom. Independen).
Menyoal transformasi
Arief Yahya, yang dikenal dengan pakar strategi bisnis ini, pernah mengupas menyoal transformasi di tubuh Telkom beberapa waktu lalu. Menurut Arief, mengapa Telkom harus berubah atau harus bertransformasi? Menurutnya, karena pasar sudah berubah. "Jadi ketika strategi berubah, maka sejatinya struktur pun harus disesuaikan," tandas Arief.
Dalam
kondisi seperti saat ini, menurutnya, Telkom tidak boleh
terlambat melakukan transformasi. Sebab jika terlambat maka jangan
harap bisa memenangkan persaingan. Apalagi menjadi market
leader. "Saat ini yang terjadi adalah
bukan yang besar memakan yang kecil, tapi yang cepat melibas yang
lambat," demikian kata AY.
Transformasi
hendaknya dapat diterima sebagai sesuatu yang biasa saja. Tak perlu
dikhawatirkan secara berlebihan. Ini merupakan sebuah keniscayaan.
Walaupun sangat jelas bahwa kita membutuhkan prioritas-prioritas
dalam melakukan suatu tindakan atau kebijakan.
Menurut AY, setidaknya prioritas itu perlu dilakukan melalui empat
pilar: Pertama,
budaya perusahaan harus kita perkuat hingga benar-benar
mendarah-daging dan menjadi sebuah landasan kokoh dalam bersikap dan
berperilaku. Kedua,
kita harus melakukan pembenahan atau penyempurnaan secara struktural
agar benar-benar terbentuk sebuah organisasi yang lebih efisien dan
fit dengan kondisi pasar yang terus mengalami perubahan. Ketiga,
kita perlu melakukan penajaman dalam portofolio bisnis. Dan Keempat,
dalam berbisnis kita harus senantiasa menciptakan new
driver, baik di bisnis organik maupun
non organik.
Khusus dalam penciptaan
new driver, perbandingan antara organik dan non-organik itu
adalah 60%:40%. Apabila di bisnis organik kita harus fokus dalam
mengembangkan bisnis beberapa produk andalan kita (Flexi, Speedy, IME), maka di bisnis non organik kita bisa melakukan dengan cara
beli atau membentuk partnership atau bahkan menjual beberapa anak
perusahaan yang sudah tidak menguntungkan lagi.
Jaminan sukses
Saat penulis tanya mengenai jaminan kesuksesan apa atas restrukturisasi
organisasi yang digulirkan. Saat itu, AY tidak berani
menjaminnya. “Kita harus melihatnya dengan pendekatan probabilitas.
Artinya jika restrukturisasi dilakukan maka kecenderungan atau
peluang untuk berhasil lebih besar, ketimbang jika tidak melakukannya
sama sekali.
Transformasi haruslah tetap memberikan prioritas kepada customer dulu
untuk kemudian dilanjutkan dengan financial balance. Fokus
kepada customer sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kita harus total
di dalamnya. Sementara untuk mencapai financial
balance berarti kita harus mampu menekan Capex dan Opex.
Di alam kompetisi seperti sekarang ini, maka tak ada pilihan lain kita harus unggul di biaya. Apalagi yang tengah kita hadapi saat ini adalah terjadinya “price war.” Jadi kita pun dituntut untuk lebih peka terhadap harga. Ketika kita memiliki banyak produk, maka kita pun harus segera melakukan bundling.
Di alam kompetisi seperti sekarang ini, maka tak ada pilihan lain kita harus unggul di biaya. Apalagi yang tengah kita hadapi saat ini adalah terjadinya “price war.” Jadi kita pun dituntut untuk lebih peka terhadap harga. Ketika kita memiliki banyak produk, maka kita pun harus segera melakukan bundling.
Dukungan-dukungan
yang dibutuhkan sebuah transformasi setidaknya mencakup tiga level,
yakni: Strategic,
Technical
dan Operational.
Namun itu pun harus dilandasi oleh spirit tinggi dengan dukungan
sistem yang benar-benar tertata secara rapih, ajeg dan bertanggung
jawab.
Itulah
beberapa tools yang
bisa dimainkan TELKOM dalam upaya kita mencapai sebuah keunggulan bersaing. Tekad kita untuk menjadi the winner
harus senantiasa tertanam pada setiap benak dan dada karyawan.
Berpikirlah dengan hati
dan
pikiran jernih. Berpikirlah untuk
kepentingan perusahaan ke depan.
Bertumpu pada budaya dan sistem
Menurut AY, dalam
kondisi seperti saat ini,
hendaknya kita tetap mampu berperilaku dengan berpegang erat pada budaya
kerja serta berkerjalah berdasarkan sistem. Budaya dan sistem
akan menjadi satu kekuatan dahsyat bagi kita untuk bersaing. Apabila hal itu benar-benar sudah tertanam dan terpatri kuat di setiap hati nurani
dan attitude kita, maka percayalah kita akan sulit dikalahkan.
Oleh
karena itu, restrukturisasi ini harus
mendapat dukungan seluruh karyawan. Jadikan semangat budaya dan
sistem menjadi landasan kokoh dan bagus sehingga dapat tercipta
dengan selaras. Inilah sesungguhnya yang bisa menjamin kesuksesan
kita.
Saya
senantiasa dan akan selalu menekankan pada setiap kesempatan bertatap
muka dengan karyawan agar di dalam dada kita, di hati dan qolbu kita,
tertanam tekad baja untuk ‘Menangkan
Persaingan dan Pelihara Persatuan’.
Sebab kita tak bisa menang kalau tidak besatu dan kita tidak akan
bersatu kalau terus dikalahkan. (*nas)