Dua binatang yang berbeda karakter
ekstrim bisa bersahabat. Padahal dia hanya bertindak dengan
nalurinya. Mestinya, naluri si monyet lari tunggang langgang ketika melihat si macan yang terkenal garang. Dan si macan mengaum seraya menunjukkan taringnya agar si monyet enyah dari pandangan.
Tapi ini tidak. Mereka begitu akrab saling mengasihi, menjaga dan mengayomi. Memang benar menuju persahabatan sejati tak terjadi dalam sekejap. Terciptanya keharmonisan tak lantas tercipta dalam sehari. Diperlukan masa dan proses adaptasi. Dibutuhkan tekad dan penggalangan sejak dini.
Tapi ini tidak. Mereka begitu akrab saling mengasihi, menjaga dan mengayomi. Memang benar menuju persahabatan sejati tak terjadi dalam sekejap. Terciptanya keharmonisan tak lantas tercipta dalam sehari. Diperlukan masa dan proses adaptasi. Dibutuhkan tekad dan penggalangan sejak dini.
Lantas mengapa warga manusia yang
bertindak berdasarkan akalnya tak belajar dari mereka. Padahal manusia tak hanya memiliki naluri, namun juga akal sebagai pelengkap kesempurnaan yang dianugerahkan Tuhan Maha Pencipta. Tapi mengapa manusia kerap terjebak pada permusuhan dengan sesama. Bahkan
lebih jauh bertindak mulai dari saling benci hingga saling bunuh?
Setidaknya ada empat penyebab. Pertama, adanya ketersinggungan. Kedua, pudarnya citarasa dalam berkasih sayang. Ketiga, adanya iri dengki dendam kesumat. Dan keempat, akibat keserakahan duniawi dengan menghalalkan segala cara.
Setidaknya ada empat penyebab. Pertama, adanya ketersinggungan. Kedua, pudarnya citarasa dalam berkasih sayang. Ketiga, adanya iri dengki dendam kesumat. Dan keempat, akibat keserakahan duniawi dengan menghalalkan segala cara.
Persahabatan sejati dua binatang itu memberi pelajaran pada kita wahai warga manusia...!!!//kgm